November 18th, 2016 by Sri Lestari

Melanjutkan artikel sebelumnya , Mengapa menulis artikel ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal itu menjadi penting. Tidak mungkin sesuatu dianggap penting jika tidak ada fungsinya. Beberapa fungsi jurnal adalah:

  1. Untuk menglomunikasikan hasil penelitian, baik penelitian eksperimen atau teoritik.
  2. Untuk mendokumentasikan hasil-hasil penelitian.
  3. Sebagai media untuk mengklaim temuan yang diperoleh seorang atau sekelompok peneliti.

Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penulisan artikel jurnal? Penulisan artikel jurnal harus:

  1. Mempunyai bentuk, struktur, dan sifat-sifat tertentu
  2. Penulisannya mengikuti kaidah, pola, dan teknik tertentu
  3. Kaidah, pola, dan teknik penulisan di pengaruhi gaya selingkung yang ditetapkan.

Dalam penulisan artikel jurnal juga perlu diperhatikan sifat-sifatnya, sehingga jelas terbedakan dengan tulisan yang lain. Sifat-sifat artikel jurnal:

  1. Tentunya artikel jurnal berdasarkan hasil penelitian yang benar, terjustifikasi, dan tidak subyektif.
  2. Rasional. Karena memiliki bukti dari hasil penelitian, maka tulisan jurnal bersifat rasional.
  3. Kritis. Tulisan jurnal itu kritis, tidak bertele-tele. Tidak hanya membahas hasil penelitian sendiri, namun juga ada rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan, membandingkan dengan penelitian lain yang sudah pernah ada.
  4. Pembaharu dan up-to-date. Setiap artikel harus ada pendahuluan yang didalamnya terdapat tinjauan pustaka, sehingga tulisan tersebut dapat menjadi pengembangan dari hasil yang sudah ada atau bersifat pembaharu.

Pada saat ini, regulasi yang ada menyatakan bahwa Jurnal internasional merupakan salah satu komponen yang wajib ada untuk akreditasi institusi. Bagaimana di masa yang akan datang? Artikel jurnal internasional merupakan salah satu syarat wajib untuk pengusulan seorang dosen menjadi guru besar. Wah so personal, ya?

Mengapa jurnal menjadi penting? Nggak mungkin dianggap penting kalau nggak ada fungsinya. Beberapa fungsi jurnal adalah:

  1. Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian, baik penelitian eksperimen atau teoritik.
  2. Untuk mendokumentasikan hasil-hasil penelitian.
  3. Sebagai media untuk mengklaim temuan yang di peroleh seorang atau sekelompok peneliti.

Kualitas jurnal akan berbeda-beda. Apa indikator suatu jurnal yang bermutu?

  1. Memiliki impact factor yang tinggi.

Impact factor menunjukkan banyaknya artikel yang dimuat dalam suatu jurnal yang dirujuk oleh penulis artikel pada jurnal yang sama dan jurnal-jurnal yang lain dalam waktu dua tahun.

Contoh:Suatu jurnal dalam 2 tahun menerbitkan 200 artikel dan artikel tersebut dirujuk oleh 1000 artikel yang lain, maka impact factor nya adalah 5.

Penerbit jurnal dalam mempromosikan jurnalnya biasanya menginformasikan impact factor dari jurnal tersebut.

  1. Artikel yang di muat bermutu dan di tulis oleh peneliti dari berbagai negara.
  2. Memiliki mitra bestari yang berasal dari berbagai negara.
  3. Distribusi jurnal ke berbagai negara.
  4. Hasil cetakannya memiliki kualitas baku.
  5. Dimasukkan dalam citation index.
  6. Dimasukkan dalam data base tertentu seperti sciFinder Scolar.

Apalagi yang perlu kita tahu tentang artikel jurnal?

  1. Apakah sumber dari artikel jurnal yang dapat di muat dalam jurnal internasional dan jurnal nasional terakreditasi?
  • Untuk artikel hasil penelitian adalah hasil penelitian yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
  • Untuk artikel telaah (review)adalah hasil pemikiran yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
  1. Persyaratan-persyaratan untuk dapatnya artikel hasil penelitian dan artikel konseptual dimuat dalam suatu jurnal adalah ditentukan oleh dewan redaksi jurnal.
  2. Persyaratan artikel jurnal nasional dan internasional
  • Persyaratan utama:
  • Keaslian
  • Kualitas
  • Kemutakhiran
  • Manfaat
  • Persyaratan lain:
  • Format
  • Style

Persyaratan yang berkaitan dengan format dan style dapat di lihat pada petunjuk penulisan artikel yang diberikan oleh setiap jurnal pada setiap terbitan atau melalui situs jurnal tersebut yang terdapat dalam website.

  1. Format artikel hasil penelitian:
  • Judul
  • Nama dan alamat instusi penulis
  • Abstrak dan kata kunci
  • Pendahuluan
  • Eksperimen
  • Hasil dan Pembahasan
  • Kesimpulan dan Saran
  • Material tambahan
  • Pernyataan terima kasih
  • Daftar rujukan
  • Catatan tambahan pada proof

Untuk artikel selanjutnya bisa dibaca disini.

Posted in Artikel Tagged with: , ,

www.calesmart.com
November 10th, 2016 by Sri Lestari

Di artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai tri dharma perguruan tinggi yang harus dipenuhi oleh seorang dosen atau klik disini. Termasuk di dalamnya kan publikasi ilmiah. Yang kita publikasikan adalah tulisan ilmiah. Denger kata ilmiahnya, udah pasti dong tulisan ini bukan cerpen, novel, atau cerita fiksi. Ada kriterianya nggak? Mengarang bebas atau ada etikanya? Kalau nggak memenuhi etika, berarti pelanggaran donk!

Let’s see more detail!

Apa saja kriteria tulisan ilmiah?

Jika dipandang dari etika akademis, kita bisa menyusun kriteria tulisan ilmiah menjadi beberapa hal sebagai berikut:

  1. Tulisan ilmiah harus berdasarkan kondisi faktual. Makanya tadi saya bilang, tulisan ilmiah itu bukan fiksi.
  2. Up to date. Yang kita tulis itu merupakan perkembangan ilmu yang paling akhir alias paling update. Ibaratnya kita cerita kalau nggak up to date kan dibilangnya ketinggalan jaman kan ya? Apalagi tulisan ilmiah.
  3. Tulisan ilmiah yang kita buat akan berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal balik. Makanya di bagian afiliasi biasanya kita harus menuliskan alamat dan e-mail kita, khususnya sebagai corresponding author.
  4. Reserved. Tulisan ilmiah itu nggak boleh lebay, harus jujur, lugas, dan tidak ada motif pribadi yang mempengaruhi isi tulisan kita.
  5. Efektif dan efisien. Apa pun pasti inginnya efektif dan efisien. Bukan efektif atau efisien. Ya kan? Nah, tulisan kita akan menjadi sarana komunikasi yang berdaya tarik tinggi. Khususnya di lingkungan akademis dalam rumpun ilmu kita.

Apakah menulis ilmiah itu mengarang bebas atau ada etikanya?

Karena ilmiah, non fiksi, maka untuk menulis ilmiah kita perlu memperhatikan etika-etika yang berlaku. Kenapa harus ada etika? Tujuan adanya etika penulisan adalah untuk:

  1. Menjamin akurasi temuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Coba kalau boleh mengarang bebas, bisa gawat. Teknologi yang dihasilkan bisa asal-asalan. Teori yang dihasilkan bisa jadi menyesatkan. So scary, kan ya?
  2. Melindungi hak kekayaan intelektual peneliti. Bayangin aja, kalau tulisan kita dipakai di tulisan orang lain tanpa nama kita disebutkan sebagai sumbernya. Gimana rasanya? Sakit hati kan? Makanya dengan etika, perampokan semacam itu tidak perlu terjadi.
  3. Melindungi obyek penelitian dari pemalsuan dan kerusakan.
  4. Menjaga reputasi ilmuwan. Kalau memenuhi etika, kan kita akan memiliki reputasi yang baik, bisa dipercaya.
  5. Menegakkan etika moral dalam berperilaku. Ini berlaku secara umum. Nggak hanya dalam penulisan ilmiah saja, etika moral juga kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika penulisan mengikat pada semua jenis dokumen karya ilmiah apa saja?

Ini dia. Nggak hanya untuk karya ilmiah yang dipublikasikan. Etika juga mengikat karya ilmiah yang belum dipublikasikan. Apa saja bentuknya?

  1. Karya ilmiah yang dipublikasikan: jurnal, buku, prosiding, paten, prototipe, desain industri, merek dagang, dll.
  2. Karya ilmiah yang belum dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, manuskrip, working paper, dll.

Mengingat bahwa etika juga mengikat pada karya ilmiah yang belum dipublikasikan, maka jika kita sebagai dosen pembimbing Praktek kerja lapangan atau skripsi, maka kita perlu mengajarkan etika penulisan ini pada mahasiswa kita. Agar mereka dapat menegakkan etika moral juga. Maka peran ini pun juga masuk dalam tri dharma perguruan tinggi bidang A yaitu pendidikan dan pengajaran.

Kalau tidak memenuhi etika, berarti pelanggaran donk!

Betul betul betul…

Ini dia beberapa bentuk pelanggaran etika publikasi karya ilmiah:

  1. Plagiarism and self-plagiarism. Pernah kan dengar ada dosen yang dikenai sanksi karena ketahuan plagiat.
  2. Research fraud yang meliputi fabrikasi dan falsifikasi data. Fabrikasi adalah mendaur ulang tulisan yang pernah dipublikasikan. Falsifikasi data adalah memanipulasi data sehingga data yang disajikan dalam tulisan tersebut adalah data yang keliru. Misal hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesisnya tidak terbukti atau tidak signifikan, kemudian dilakukan manipulasi data supaya hipotesisnya menjadi terbukti atau signifikan.

Ingat, penelitian itu dikatakan berhasil bukan berarti hipotesis harus signifikan loh ya. Hipotesis tidak signifikan pun perlu dipublikasikan, supaya peneliti selanjutnya dapat mempelajari shingga tidak mengulang metode yang sama.

  1. Memanfaatkan data atau informasi bukan dari sumber asal. Kalau ini sih jelas curang. Misal dia cari data di internet data saham PT X. kemudian dia ubah menjadi data saham PT Y, nah ini kan datanya bener-bener jadi nggak valid.
  2. Salami slicing yaitu penggunaan data secara berulang pada dua artikel. Wah ini tipis tipis alias agak samar pelanggarannya, bahkan mungkin kurang disadari. Pelanggaran ini terjadi jika ada data yang sudah muncul dalam publikasi sebelumnya, kemudian dengan data yang sama muncul lagi di publikasi berikutnya. Misal tadi data saham di PT.X pada tahun 2013-2014 sudah muncul di publikasi sebelumnya. Kemudian di tahun 2016 dengan variabel sama, dimunculkan lagi data nya hanya ditambahkan data saham di tahun 2015, jadi data tahun 2013-2014 tetap masuk. Secara sepintas ini kan beda, satunya 2 tahun, satunya 3 tahun, tapi kan variable nya sama. Nah ini tidak boleh, karena data yang 2013-2014 kan sama. Kecuali jika variabelnya berbeda, it doesn’t matter alias gpp.
  3. Pelanggaran hak kepenulisan (ghost, guest, and gift authorship), kepemilikan (ownership), dan ucapan terimakasih. Makanya penting nih membuat daftar pustaka yang baik dan benar.
  4. Publikasi ganda. Kayak gini nih curang. Jika naskah dimasukkan ke 2 jurnal dalam waktu bersamaan, sehingga keduanya terbit, maka salah satu harus dibatalkan. Kalau tidak, efeknya ditanggung oleh penulis dan jurnalnya. Jadi hati-hati ya. Yang sabar jika naskah kita masih under review, jangan langsung di submit ke jurnal yang lain.
  5. Konflik kepentingan. Misalkan hanya karena kejar deadline kemudian mengesampingkan etika-etika yang ada, asal copy paste.

Semoga kita termasuk dosen yang menjunjung tinggi etika moral dalam penulisan karya ilmiah. Kayaknya buat membahas plagiarism sendiri kita butuh artikel tersendiri nih… buanyak…. Daripada ini kepanjangan. Iya kan?

Insya Allah kita akan bahas tentang plagiarsm di next article ya…lihat tentang plagiarism

Artikel ini merupakan hasil pelatihan penulisan artikel ilmiah jurnal terakreditasi yang diselenggarakan oleh PPPM UNRIYO di Hotel Sakanti Malioboro, 3 November 2016, dengan pemateri D. Agus Harjito, Ph.D.

Referensi:

Anonim, (2010). Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition, WASHINGTON, dc.

Gastel, B. (2013). Writing and Publising Journal Article, Materi pada Authoraid Workshop, www.authoraid.info.

Permendiknas No.17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan     Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Rifai, M., A. (2004). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; cet. 4.

Setiawan, N. (2011). Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah, Bahan TOT Penulisan Karya Ilmiah, Ditlitabmas, Dikti

Suryono, I.A.S. (2010). Plagiarisme dalam Penulisan Makalah Ilmiah, Naskah tidak diterbitkan.

Posted in Artikel, Publikasi Tagged with: , , , ,