Category: Publikasi

Juni 12th, 2018 by Catur Budi Waluyo

Di dalam penelitian, jurnal merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi di telinga kita, terutama pada akhir-akhir ini penelitian dari ristek dikti mewajibkan keluaran yang berupa publikasi baik itu jurnal maupun proseding.

Apa itu jurnal ilmiah? Menurut Hakim tahun 2012 pada blog aminawn, Pengertian Jurnal Ilmiah adalah majalah publikasi yang memuat Karya tulis ilmiah yang secara nyata mengandung informasi/data yang mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala. Pada Jurnal Ilmiah ini tentunya memuat artikel dalam bidang tertentu.

Menyinggung soal jurnal ilmiah, sekarang banyak sekali jurnal predator yang siap memangsa para peneliti. Apakah makna predator dalam publikasi ilmiah? Jurnal predator bisa juga di bilang jurnal abal-abal, why? Dipicu kemudahan yang ditawarkan oleh gerakan Open Access (OA). Jurnal predator muncul sebagai akibat adanya pihak yang bertindak tidak etis.

Peneliti sekarang mau tidak mau dituntut memahami atas kriteria dan standar praktek publikasi yang baik sehingga nantinya peneliti mampu identifikasi jurnal/publikasi yang abal-abal atau predator. Menurut konsep ekologi di namakan predator berarti ada pemangsa dan ada yang mangsa atau di rugikan.

Mengapa perlu mengidentifikasi jurnal predator?

  1. Keterjaminan kualitas jurnal

Pada Keterjaminan kualitas jurnal yang berupa proses persiapan konten, penjagaan kualitas artikel, kualitas proses peer review dll. Jurnal predator tidak peduli dengan kualitas produk mereka dan fokus pada keuntungan sehingga bisa saja mencurangi penulis dengan praktek yang tidak transparan baik dari segi biaya, review maupun ketepatan terbit.

  1. Melindungi reputasi penulis/ilmuwan

Reputasi ilmuwan/penulis di tentukan oleh kualitas dari publikasi ilmiah yang dihasilkan sehingga semakin banyak artikel di jurnal yang berkualitas, lebih bagus reputasi yang diperoleh.

  1. Kerugian finansial

Jurnal predator menjanjikan proses publikasi yang cepat, tapi dengan biaya yang relatif tinggi jadi bisa di bandingkan Mahal dan kualitas rendah VS mahal dan kulaitas bagus VS murah dan kualitas rendah.

Note: Pertanyaan dalam benak kita, apakah biaya jurnal maha itu termasuk predator? Belum tentu juga jika biaya mahal itu termasuk jurnal predator, dan jurnal biaya relatif rendah apakah pasti bukan predator? Belum tentu juga itu benar-benar jurnal. Terus bagaimana cara mengantisipasi hal tersebut?pasti temen-temen juga bingung termasuk saya juga. He he he.. cara mendeteksinya berdasarkan kualitas kontentnya, frekuensi terbit dan jumlah naskahnya serta cek penerbitnya, apakah termasuk black list scopus atau list dari PAK dikti.

Berikut ini saya rangkumkan dari slide Siti Nurleily M dengan judul mengidentifikasi predator dalam dunia sains.

www.calesmart.com

www.calesmart.com

Untuk melihat contoh kasus dalam kualitas jurnal dan konferensi bisa download slide lengkapnya. Untuk download slide lengkap bisa klik link ini.

demikian artikel tentang identifikasi predator jurnal, semoga bermanfaat.

Posted in Publikasi, Riset Tagged with: , , ,

www.blog.calesmart.com
Oktober 11th, 2017 by Catur Budi Waluyo

selamat siang sobat blogger, pada kali ini saya akan berbagi tentang hasil penelitian saya tentang sistem komunikasi high altitude platform station, tahukah anda apa yang di maksud dengan sistem komunikasi high altitude platforms station? kalo belum tahu, bisa sobat baca disini. untuk menganalisa pada sistem komunikasi High Altitude Platform, sebaiknya di lakukan simulasi jangkauan sistem tersebut, supaya kita sudah mempunyai target dan rencana untuk jangkauan sistem komunikasi tersebut. pada sistem model kanal yang dianalisa dengan skenario pada posisi ketinggian h yang ditunjukkan pada gambar 1

www.blog.calesmart.com

Gambar 1  Parameter Geometri pada High Altitude Platform

Dimana pada gambar 1 parameter yang digunakan α adalah sudut elevasi pengguna (dalam derajat), h adalah tinggi dari sistem (dalam km),  R adalah jari-jari bumi (6400 km),

Dengan mempertimbangkan kelengkungan bumi, jari-jari area yang diterima oleh user yang dinyatakan sebagai panjang AB dapat dihitung secara matematis dengan persamaan 1.

                                       www.blog.calesmart.com(Persamaan 1)

Dimana 2π setara dengan sudut 360° maka jari-jari area atau panjang AB dapat dilihat pada persamaan 2.

                                     www.blog.calesmart.com  (Persamaan 2)

Untuk menghitung nilai β dapat dihitung secara matematis dengan prinsip perbandingan trigonometri yang ditunjukkan pada persamaan 3.

              www.blog.calesmart.com (Persamaan3)

Dengan sifat trigonometri dan persamaan 3 maka didapat persamaan 4.

                               www.blog.calesmart.com    (Persamaan4)

Berdasarkan persamaan 3 dan 4 maka didapat persamaan untuk mencari panjang AB seperti yang ditunjukkan pada persamaan 5.

                        www.blog.calesmart.com     (Persamaan 5)

Berdasarkan persamaan 5 maka dapat di simulasikan dengan ketinggian 20 km yang menghasilkan grafik pada gambar 2. Sehingga untuk menghitung diameter area cakupan dari HAP dapat dihitung dengan persamaan 6.

             www.blog.calesmart.com     (Persamaan 6)

hasil simulasi dapat dilihat pada gambar 2.

www.blog.calesmart.com

Posted in Matlab, Publikasi, Telekomunikasi Tagged with: , , ,

Juni 2nd, 2017 by Catur Budi Waluyo

Dalam penelitian, publikasi merupkan satu mata rantai yang penting, karena tanpa adanya publikasi, penelitian sehebat apapun tidak bisa di kenal dan dinilai khalayak umum. Menurut Dr. Sunu Wibirama dalam artikelnya menjelaskan pengertian publikasi, Publikasi adalah salah satu mata rantai penelitian yang berfungsi untuk menyebarluaskan ide dan hasil penelitian. Salah satu cara untuk mempublikasikan hasil penelitian adalah dengan mengirimkan manuskrip (bakal calon paper) dalam sebuah jurnal ilmiah.

Dalam publikasi, pemilihan jurnal ilmiah internasional yang terakreditasi dan terindeks merupakan hal yang tidak mudah, apalagi untuk peneliti pemula. Hal ini terjadi untuk sebagian mahasiswa yang menempuh S2 untuk sebagai syarat pendadaran. Sehingga banyak mahasiswa yang molor waktu lulusnya di karenakan hal ini. Tetapi untuk sebagian mahasiswa S3, pembimbing akademik atau fakultas tempat mereka belajar sudah menentukan kriteria jurnal ilmiah yang layak untuk syarat menempuh ujian disertasi. Namun demikian, kendala untuk memilih jurnal ilmiah yang tepat masih saja ditemui. Pada artikel ini, saya ingin menyampaikan sepuluh kriteria yang layak untuk menjadi pertimbangan dalam memilih jurnal target.

Berikut ini saya rangkumkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jurnal target yang saya dapat dari materi menulis artikel dari UGM oleh Dr Sunu Wibirama yang di publikasikan di web beliau. Untuk lebih detailnya bisa kunjungi blog ini atau klik disini.

  1. Penilaian sejawat (peer review) dan reputasi jurnal

Penilaian sejawat ini di lakukan untuk menentukan kelayakkan sebuah jurnal ilmiah sebagai tempat publikasi hasil penelitian. Penilaian sejawat dilakukan dengan meminta rekan kerja untuk menilai hal-hal berikut ini:

  • Segi kelengkapan dan kesesuaian unsur
  • Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan
  • Kecukupan dan kemutakhiran data serta metodologi
  • Kelengkapan unsur kualitas penerbit
  • Indikasi plagiasi
  • Kesesuaian bidang ilmu

Di era internet ini, sangat banyak jurnal ‘palsu’ yang meniadakan proses penilaian sejawat sekedar untuk mengeruk uang dari para peneliti melalui biaya publikasi yang tinggi. Jurnal yang diterbitkan oleh komunitas peneliti dan profesi ternama (seperti IEEE untuk lingkup internasional, atau IEICE dan IEEJ untuk lingkup Jepang) biasanya menyediakan layanan penilaian sejawat yang baik. Karena Jurnal yang baik adalah jurnal yang menyediakan layanan penilaian sejawat untuk semua manuskrip yang masuk di meja editor.

  1. Kesesuaian (relevansi)

Setelah mempertimbangkan aspek penilaian sejawat, faktor kesesuaian dengan jurnal  menjadi pertimbangan yang kedua. Untuk menilai apakah sebuah jurnal target sesuai dengan tema dan topik manuskrip, dengan cara melihat paper-paper yang telah diterbitkan oleh jurnal tersebut. Apabila banyak paper-paper yang bertema sama dengan manuskrip yang akan kita kirimkan, tentunya tidak menjadi masalah untuk mengirimkan manuskrip ke jurnal tersebut.

  1. Memperhatikan impact factor dan citation awareness

Impact factor (IF) adalah salah satu ukuran yang menunjukkan rerata sitasi ke artikel-artikel yang dipublikasikan oleh sebuah jurnal ilmiah dalam rentang waktu tertentu (misalnya: IF dalam waktu 2 tahun, atau IF dalam waktu 5 tahun). IF sering menjadi tolok ukur peneliti untuk memilih jurnal target dengan mempertimbangkan kemungkinan tersitasi-nya artikel. Semakin tinggi IF, peluang sitasi ke sebuah artikel terpublikasi di jurnal target semakin besar.

Tips lain yang perlu diperhatikan para penulis adalah citation awareness (CA). CA terdiri dari dua bagian, yang pertama adalah “melakukan sitasi satu atau dua paper dari jurnal target”. Sebagai contoh, kita ingin memasukkan paper kita ke jurnal target A. Sebelum memasukkan ke jurnal target A, terlebih dahulu kita perlu mengolah bagian Introduction dari manuskrip kita, sehingga kita bisa memasukkan salah satu paper yang sudah terpublikasi pada jurnal target A sebagai salah satu referensi pada manuskrip kita.

Mengapa hal yang demikian perlu? Salah satu alasannya adalah, “setiap jurnal selalu peduli akan nilai  IF-nya dan sitasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan IF”. Alasan kedua adalah, “CA menunjukkan kita peduli terhadap komunitas ilmiah yang menaungi jurnal tersebut”. Dengan melakukan sitasi paper yang telah terpublikasi pada jurnal target, kita menunjukkan kepada komunitas bahwa kita mengikuti perkembangan riset yang dipublikasikan pada jurnal tersebut.

  1. Memperhatikan kriteria penilaian manuskrip (review criteria

Tidak semua jurnal mencantumkan kriteria penilaian manuskrip. Namun demikian, jurnal-jurnal yang memiliki reputasi baik biasanya mencantumkan kriteria penilaian untuk semua manuskrip yang masuk. Kriteria penilaian manuskrip adalah kriteria penilaian yang menentukan layak dan tidaknya sebuah manuskrip diterima pada sebuah jurnal ilmiah. Dengan memahami kriteria penilaian sebuah jurnal ilmiah, kita bisa menilai layak dan tidaknya manuskrip yang kita kirim dipublikasikan di jurnal target

  1. Ruang lingkup

Ruang lingkup jurnal menentukan seberapa besar readership yang diharapkan. Jurnal yang diterbitkan oleh komunitas ilmuwan regional (contoh: IEICE atau IEEJ Jepang) akan dibaca oleh mayoritas peneliti yang berada di wilayah Jepang dan China, meskipun artikel online bisa diakses dari seluruh dunia. Jurnal yang diterbitkan oleh asosiasi ternama dengan ruang lingkup internasional (contoh: IEEE untuk bidang teknik dan ACM untuk ilmu komputer) akan memiliki angka readership yang lebih tinggi. Semakin tinggi angka readership, semakin besar peluang sebuah artikel disitasi

  1. Jangka waktu penilaian sejawat

Jangka waktu penilaian sejawat menentukan berapa lama proses sebuah manuskrip dari mulai diterima oleh editor sampai dengan diterbitkan dalam bentuk paper. Normalnya, proses penilaian memakan waktu 1 sampai dengan 2 tahun. Namun demikian, beberapa jurnal ilmiah menyediakan penerbitan berkala dengan waktu penilaian yang lebih cepat, berkisar antara 4 – 6 bulan. Beberapa jurnal ilmiah juga menyediakan edisi khusus (special issue) dengan jangka waktu penilaian antara 3—5 bulan. Memilih jurnal dengan jangka waktu penilaian yang tepat sangat penting, terutama jika paper yang diterbitkan menjadi syarat lulus studi S3.

  1. Biaya publikasi

Beberapa jurnal ilmiah mensyaratkan adanya biaya publikasi. Jurnal lain mensyaratkan biaya publikasi hanya jika penulis menginginkan papernya diakses secara bebas (open access). Selain itu, banyak juga jurnal-jurnal ilmiah yang tidak mensyaratkan biaya publikasi untuk penulis, tapi mensyaratkan pembaca jurnal membayar biaya tahunan untuk mengakses artikel yang diterbitkan jurnal tersebut. Memilih jurnal target berdasarkan biaya publikasi cukup penting, terutama jika alokasi dana untuk publikasi terbata

  1. Bahasa

Mayoritas jurnal internasional diterbitkan dalam bahasa Inggris. Untuk memperbesar peluang diterbitkannya manuskrip kita, aksen bahasa Inggris pada jurnal komunitas tertentu terkadang menentukan (contoh: American english atau British english). Pastikan kita benar-benar tahu ketentuan aksen yang disepakati oleh pengelola jurnal target sebelum kita mengirimkan manuskrip kita.

  1. Peng-indeks-an

Aspek peng-indeks-an menentukan jangkau jurnal kita. Untuk memastikan bahwa kita menerbitkan paper di ruang lingkup pembaca yang luas, setidaknya pastikan bahwa jurnal target ter-indeks di Scopus atau ScimagoJR

  1. Tampilan jurnal

Tampilan jurnal bukan faktor utama untuk menentukan bagus atau tidaknya kualitas sebuah jurnal. Akan tetapi, tampilan menjadi penting jika manuskrip kita mengandung banyak persamaan matematika, atau menampilkan gambar-gambar dengan ukuran yang cukup besar. Pastikan kita memilih jurnal target yang tepat dengan mempertimbangkan bagaimana hasil penelitian kita ditampilkan saat manuskrip kita dipublikasikan sebagai paper.

Bagi sahabat blogger yang ingin melihat video tentang petunjuk menulis dan publikasi bisa kunjungi slide share dengan penulisProf. Dr. Saidur Rahman atau bisa klik disini.

Demikian artikel kali ini semoga bermanfaat.

Posted in Artikel, Publikasi Tagged with: , , ,

April 9th, 2017 by Rizzan Hazdiqqi
Menampilkan jam digital dan kalender pada LCD 20×4 berbasis arduino. Alat ini bekerja layaknya jam digital seperti yang biasa kita temui. Waktu yang ditampilkan berjalan dengan format: jam, menit, detik dan kalender dengan format: tanggal, bulan, tahun. Mikrokontroller yang digunakan adalah sebuah board arduino uno v3 berkolaborasi dengan LCD 20×4. LCD 20×4 mampu menampilkan 4 baris tulisan dengan jumlah 20 karakter tiap barisnya. LCD ini dilengkapi backlight yang mampu membuat karakter yang tertulis akan tetap nampak meski dalam kegelapan. jam digital berbasis arduino uno ini sangatlah efisien karena tidak perlu mengatur jam maupun tanggal, namun dapat update secara otomatis karena dilengkapi dengan IC RTC (Real Time Clock).

Sebelum teman-teman membuatnya langsung alangkah baiknya dicoba dulu menggunkan simulasi agar bisa mengetahui kinerja rangkaian.

Disini saya mensimulasiknnnya menggunakan softwere Proteus yang bisa didownload secara gratis, pada softwere proteus ini saya tambahkan Library Arduino, LCD, Dan RTC agar mempercantik tampilan. bagi teman-teman yang ingin mendownload library tersebut bisa langsung klik pada setiap library yang pertama Library Arduino yang kedua Library LCD dan yang terakhir Library RTC Library ini sangat kompatible dengan proteus dan sangat mudah untuk digunakan.

 

Bagi yang belum paham tentang proteus saya sudah membuatkan rangkaian simulasinya dan bisa langsung didownload Disini.

Untuk Source code Dan Library RTClib.h Bisa Didownload dibawah ini:

Password tanyakan Via Instagram atau Facebook

1.Source Code Jam LCD 20×4.

   Download Disini

Dan dibawah ini merupakan hasil dari Hardwere yang sudah dibuat secara Real.

Posted in Artikel, Publikasi, Riset

Maret 20th, 2017 by Rizzan Hazdiqqi

 

Pada artikel kali ini saya akan menjelaskan cara merakit sebuah quad copter race dengan jenis ZMR250. Dan bagi pemula mungkinmasih bingung mengenai bahan-bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat Quad copter. Dan yang perlu diperhatikan adalah dalam memilih bahan yang akan kita gunakan, mungkin saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang cara penentuan bahan yang akan digunakan. Karena di project kali ini saya hanya membuat Quad copter ZMR250 jadi saya hanya akan menjelaskan tentang ZMR250 dan seri 250 lainnya.

Untuk bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat Quadcopter sebagai berikut:

1. Frame ZMR250

2. Motor Brushless 2300KV

3. ESC 20A

4. Flight Controller (CC3D)

5. Battery 1500Mah

6. Remote Control

7. Accesoris Tambahan (LED, Camera, Battrey strap, Motor Cover)

 

 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Quad copter:

Disini saya akan menjelaskan satu persatu tentang Part yang digunakan pada Quadcopter

 

1. Frame

 

Dalam pemilihan Frame yang akan kita gunakan akan menentukan seberapa awet Quad copter kita. karena saya ingin membuat yang durable dan awet maka saya menggunakan yang terbaut dari fiber Carbon.

2. Motor Brusless

 

Dalam dunia multirotor banyak berbagai merk motor, tapi kali ini saya menggunakan yang murah dan awet, karena sesuai kantong mahasiswa, motor yang saya pakai adalah keluaran E-Max.

3. ESC 

ESC (Electronic Speed Controller) merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengatur kecepatan putar motor, dalam hal ini motor brushless. dan ESC yang saya gunakan merk little bee.

4. Flight Control

Flight control merupakan otak dari Quadcopter, dan didalam flight control ini terdapat dua buah chip, yang pertama untuk flight control itu sendiri dan yang satu lagi merupakan chip accelerometr, chip accelerometer ini berfungi sebagai Gyro yang akan menyeimbangkan posisi Copter. kali ini saya memakai FC merk CC3D. karena mudah untuk digunakan.

5. Battrey

Dalam pemilihan battrey tentunya kita dibingungkan masalah kapasitas. Untuk mempermudah, Copter ukuran 250 memiliki standar utnuk battrey yaitu kisaran 1500mah – 2200mah. Dan kali ini saya memakai yang ukuran 2200mah.

6. Remote Control

 

Untuk Pemilihan RC kita bisa berpatokan pada Range jangkauan dari jenis RC yang akan kita pakai. dalam hal ini RC difungsingakn untuk mengontrol terbangnya Quadcopter

Mungkin bahan utama pembuatan Quadcopter cukup itu aja, sekarang lanjut ke perakitan dan yang perlu diperhatiakan yaitu Wiring Diagram nya. untuk Wiring Diagram CC3D sesuai gambar dibawah

Dan untuk pemasangan pada Frame kita masih mebutuhkan sebuah module PDB (Power Suppy Distributor) karena pada Quadcopter terdapat 4 motor sedangkan battrey yang kita gunakan cuma satu, fungsi lain dari PDB adalah untuk menurunkan tegangan menjadi 5V sesuai kebutuhan CC3D.

Dan gambar dibawah ini untuk Wiring Diagram yang Full Version.

 

Setelah penyambungan sesuai Wiring Diagram kita lanjutkan dengan pemograman Quadcopter. Untuk aplikasi yang akan digunakan kita menyesuaikan dengan Flight Controller nya, karena CC3D merupakan keluaran dari Open Pilot / Liber Pilot maka kita bisa menggunakan Apliaksi dari salah satu yang telah disediakan oleh produsen. Namun tidak menutup kemungkinan kita menggunakan aplikasi lain seperti Bata Flight atau Clean Flight, Untuk penggunaan aplikasi disesuaikan dengan kebutuhan. Dan kali ini saya menggunakan Aplikasi Openpilot.

Jika kalian belum mempunyai aplikasinya, kalian bisa mendownload di link yang sudah saya masukkan di postingan ini. Dan jika sudah mempunyai aplikasinya langsung saja kita lakukan configurasinya. berikut ini akan saya lampirkan urutan configurasi menggunakan Openpilot:

Dalam menyetting Quadcopter diharapkan semua propeller dilepas. 

Sebelum melakuakan Calculate posisikan Quadcopter pada tempat yang datar.

Bagian ini digunakan untuk menyetting Attitude atau sikap Quadcopter sesaui keinginan.

Posted in Kuliah, Publikasi, Riset Tagged with: , , ,

November 23rd, 2016 by Catur Budi Waluyo

Pada artikel sebelumnya kita sudah belajar tentang syarat, kriteria serta format pada tulisan ilmiah, sedangkan pada kali ini kita akan belajar tentang cara mendiskripsikan/menggambarkan Tulisan ilmiah yang di mulai dari pengambilan judul sampai penulisan referensi. Ok, kita jabarkan berikut ini:

JUDUL

  1. Memberikan gambaran mengenai persoalan yang diteliti
  2. Memuat variabel-variabel dan hubungan antarvariabel terkait
  3. Panjang sekitar 5-15 kata
  4. Memiliki daya tarik
  5. Bila mungkin bersifat provokatif

NAMA DAN ALAMAT INSTUSI PENULIS

  1. Nama penulis ditulis tanpa gelar akademik
  2. Semua nama penulis dicantumkan secara berurutan berdasarkan:
  3. -Kontribusi dalam penulisan artikel
  4. -Alfabetik
  5. Alamat instusi penulis di tulis lengkap.
  6. Alamat email sebaiknya dicantumkan.

ABSTRAK

  1. Abstrak ditulis secara padat
  2. Menampilkan isu-isu pokok atau masalah penelitian dan alternatif pemecahannya.
  3. Memuat metode/pendekatan yang di gunakan
  4. Memuat hasil penelitian
  5. Bukan komentar atau pengantar dari penulis
  6. Sebaiknya satu paragraf, dan terdiri dari 50-75 kata
  7. Spasi tunggal
  8. Format lebih sempit (menjorok ke dalam)
  9. Ukuran huruf (font) lebih kecil dari ukuran huruf bagian lain dalam artikel

KATA-KATA KUNCI

  1. Punya makna yang khas dan jelas
  2. Terdiri dari 3-5 kata yang merupakan kata dasar maupun kata jadian
  3. Eksplisit ada dalam judul atau implisit di dalam bahasan
  4. Sebaiknya mengacu kepada glosarium atau tesaurus yang relevan
  5. Digunakan untuk “filling and searching”, pengelompokan, dan dokumentasi.

PENDAHULUAN

  1. Dengan atau tanpa (sub) judul
  2. Memberikan acuan (konteks) permasalahan
  3. Berisi hal-hal yang menarik (kontroversial, belum tuntas, perkembangan baru)
  4. Wawasan dan rencana
  5. Rangkuman kajian teoritik
  6. Tujuan Penelitian
  7. Pemecahan masalah
  8. (kadang-kadang) harapan akan hasil penelitian
  9. Pendahuluan harus mencerminkan wawasan penulis tentang permasalahan yang ia teliti dan tulis.
  10. Pendahuluan biasanya memuat sebagian besar dari pustaka yang ada dalam daftar rujukan.

Permasalahan yang sering muncul dalam artikel yang akan dimuat dalam jurnal nasional terakreditasi adalah biasanya wawasan penulis artikel tentang lingkup penelitian yang ia lakukan adalah sangat dangkal. Hal ini teridentifikasi dari sedikitnya rujukan yang berupa artikel jurnal yang di rujuk pada bagian pendahuluan.

BAGIAN INTI

Bagian inti berisi tentang metode penellitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian

METODE PENELITIAN

  • Memaparkan disain atau rancangan penelitian yang di gunakan
  • Memberikan dengan jelas sasaran penelitian (populasi, sampel, sumber data)
  • Menyebutkan dengan jelas teknik dan instrumen pengumpulan data
  • Menggambarkan teknik atau prosedur analisis data
  • Metode penelitian di tulis secara naratif, bukan enumeratif.

HASIL PENELITIAN

  • Menunjukkan hasil bersih analisis data. Dalam beberapa jurnal hasil penelitian lengkap dideposit dalam internet yang biasanya dapat diakses secara gratis oleh pembaca.
  • Memafaaatkan secara efektif bentuk-bentuk penyajian non-naratif: grafik, tabel, diagram.

Hal yang patut diperhatian adalah hasil penelitian dapat ditabelkan apabila tabel yang diperoleh memerlukan ruangan yang lebih smpit dibandingkan bila dinarasikan, dan sebaliknya.

PEMBAHASAN

  1. Berupa kupasan, bukan nya mengulang-sebut apa yang sudah di tampilkan dalam grafik, tabel atau diagram
  2. Menginterpretasikan secara tepat hasil penelitian
  3. Membandingkan dengan hasil penelitian relevan yang telah di laporkan
  4. Mengaitkan secara argumentatif temuan penelitian dengan teori yang relevan
  5. Menyodorkan pertanyaaan-pertanyaan baru dalam bahasa dialog yang logis, sistematik, dan mengalir
  6. Bersifat analitik, argumentatif, logis, kritis
  7. Unsur paling penting adalah adanya pendirian/sikap penulis

Permasalahan yang sering muncul dalam artikel yang akan dimuat dalam jurnal nasional terakreditasi adalah seringkali pada bagian pembahasan penulis artikel mengulang sebut apa yang telah di paparkan pada bagian hasil penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  • Sesuai dengan hasil penelitian
  • Tidak melampaui kapasitas temuan penelitian

Saran

  • Dikaitkan dengan hasil penelitian
  • Logis, implementable dan tidak mengada-ada

DAFTAR RUJUKAN

  1. Hanya memuat rujukan yang benar-benar disebut dalam isi artikel
  2. Yang disebut dalam artikel harus dimasukkan dalam daftar rujukan
  3. Biasanya ditempatkan di halaman terakhir artikel (bukan halaman baru)
  4. Mengikuti pedoman tata tulis rujukan yang di tetapkan

Demikian artikel kali ini,semoga bermanfaat. Untuk artikel cara mencari referensi/ rujukan yang benar saya jelaskan pada artikel selanjutnya.

Posted in Publikasi Tagged with: , , ,

www.calesmart.com
November 10th, 2016 by Sri Lestari

Di artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai tri dharma perguruan tinggi yang harus dipenuhi oleh seorang dosen atau klik disini. Termasuk di dalamnya kan publikasi ilmiah. Yang kita publikasikan adalah tulisan ilmiah. Denger kata ilmiahnya, udah pasti dong tulisan ini bukan cerpen, novel, atau cerita fiksi. Ada kriterianya nggak? Mengarang bebas atau ada etikanya? Kalau nggak memenuhi etika, berarti pelanggaran donk!

Let’s see more detail!

Apa saja kriteria tulisan ilmiah?

Jika dipandang dari etika akademis, kita bisa menyusun kriteria tulisan ilmiah menjadi beberapa hal sebagai berikut:

  1. Tulisan ilmiah harus berdasarkan kondisi faktual. Makanya tadi saya bilang, tulisan ilmiah itu bukan fiksi.
  2. Up to date. Yang kita tulis itu merupakan perkembangan ilmu yang paling akhir alias paling update. Ibaratnya kita cerita kalau nggak up to date kan dibilangnya ketinggalan jaman kan ya? Apalagi tulisan ilmiah.
  3. Tulisan ilmiah yang kita buat akan berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal balik. Makanya di bagian afiliasi biasanya kita harus menuliskan alamat dan e-mail kita, khususnya sebagai corresponding author.
  4. Reserved. Tulisan ilmiah itu nggak boleh lebay, harus jujur, lugas, dan tidak ada motif pribadi yang mempengaruhi isi tulisan kita.
  5. Efektif dan efisien. Apa pun pasti inginnya efektif dan efisien. Bukan efektif atau efisien. Ya kan? Nah, tulisan kita akan menjadi sarana komunikasi yang berdaya tarik tinggi. Khususnya di lingkungan akademis dalam rumpun ilmu kita.

Apakah menulis ilmiah itu mengarang bebas atau ada etikanya?

Karena ilmiah, non fiksi, maka untuk menulis ilmiah kita perlu memperhatikan etika-etika yang berlaku. Kenapa harus ada etika? Tujuan adanya etika penulisan adalah untuk:

  1. Menjamin akurasi temuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Coba kalau boleh mengarang bebas, bisa gawat. Teknologi yang dihasilkan bisa asal-asalan. Teori yang dihasilkan bisa jadi menyesatkan. So scary, kan ya?
  2. Melindungi hak kekayaan intelektual peneliti. Bayangin aja, kalau tulisan kita dipakai di tulisan orang lain tanpa nama kita disebutkan sebagai sumbernya. Gimana rasanya? Sakit hati kan? Makanya dengan etika, perampokan semacam itu tidak perlu terjadi.
  3. Melindungi obyek penelitian dari pemalsuan dan kerusakan.
  4. Menjaga reputasi ilmuwan. Kalau memenuhi etika, kan kita akan memiliki reputasi yang baik, bisa dipercaya.
  5. Menegakkan etika moral dalam berperilaku. Ini berlaku secara umum. Nggak hanya dalam penulisan ilmiah saja, etika moral juga kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika penulisan mengikat pada semua jenis dokumen karya ilmiah apa saja?

Ini dia. Nggak hanya untuk karya ilmiah yang dipublikasikan. Etika juga mengikat karya ilmiah yang belum dipublikasikan. Apa saja bentuknya?

  1. Karya ilmiah yang dipublikasikan: jurnal, buku, prosiding, paten, prototipe, desain industri, merek dagang, dll.
  2. Karya ilmiah yang belum dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, manuskrip, working paper, dll.

Mengingat bahwa etika juga mengikat pada karya ilmiah yang belum dipublikasikan, maka jika kita sebagai dosen pembimbing Praktek kerja lapangan atau skripsi, maka kita perlu mengajarkan etika penulisan ini pada mahasiswa kita. Agar mereka dapat menegakkan etika moral juga. Maka peran ini pun juga masuk dalam tri dharma perguruan tinggi bidang A yaitu pendidikan dan pengajaran.

Kalau tidak memenuhi etika, berarti pelanggaran donk!

Betul betul betul…

Ini dia beberapa bentuk pelanggaran etika publikasi karya ilmiah:

  1. Plagiarism and self-plagiarism. Pernah kan dengar ada dosen yang dikenai sanksi karena ketahuan plagiat.
  2. Research fraud yang meliputi fabrikasi dan falsifikasi data. Fabrikasi adalah mendaur ulang tulisan yang pernah dipublikasikan. Falsifikasi data adalah memanipulasi data sehingga data yang disajikan dalam tulisan tersebut adalah data yang keliru. Misal hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesisnya tidak terbukti atau tidak signifikan, kemudian dilakukan manipulasi data supaya hipotesisnya menjadi terbukti atau signifikan.

Ingat, penelitian itu dikatakan berhasil bukan berarti hipotesis harus signifikan loh ya. Hipotesis tidak signifikan pun perlu dipublikasikan, supaya peneliti selanjutnya dapat mempelajari shingga tidak mengulang metode yang sama.

  1. Memanfaatkan data atau informasi bukan dari sumber asal. Kalau ini sih jelas curang. Misal dia cari data di internet data saham PT X. kemudian dia ubah menjadi data saham PT Y, nah ini kan datanya bener-bener jadi nggak valid.
  2. Salami slicing yaitu penggunaan data secara berulang pada dua artikel. Wah ini tipis tipis alias agak samar pelanggarannya, bahkan mungkin kurang disadari. Pelanggaran ini terjadi jika ada data yang sudah muncul dalam publikasi sebelumnya, kemudian dengan data yang sama muncul lagi di publikasi berikutnya. Misal tadi data saham di PT.X pada tahun 2013-2014 sudah muncul di publikasi sebelumnya. Kemudian di tahun 2016 dengan variabel sama, dimunculkan lagi data nya hanya ditambahkan data saham di tahun 2015, jadi data tahun 2013-2014 tetap masuk. Secara sepintas ini kan beda, satunya 2 tahun, satunya 3 tahun, tapi kan variable nya sama. Nah ini tidak boleh, karena data yang 2013-2014 kan sama. Kecuali jika variabelnya berbeda, it doesn’t matter alias gpp.
  3. Pelanggaran hak kepenulisan (ghost, guest, and gift authorship), kepemilikan (ownership), dan ucapan terimakasih. Makanya penting nih membuat daftar pustaka yang baik dan benar.
  4. Publikasi ganda. Kayak gini nih curang. Jika naskah dimasukkan ke 2 jurnal dalam waktu bersamaan, sehingga keduanya terbit, maka salah satu harus dibatalkan. Kalau tidak, efeknya ditanggung oleh penulis dan jurnalnya. Jadi hati-hati ya. Yang sabar jika naskah kita masih under review, jangan langsung di submit ke jurnal yang lain.
  5. Konflik kepentingan. Misalkan hanya karena kejar deadline kemudian mengesampingkan etika-etika yang ada, asal copy paste.

Semoga kita termasuk dosen yang menjunjung tinggi etika moral dalam penulisan karya ilmiah. Kayaknya buat membahas plagiarism sendiri kita butuh artikel tersendiri nih… buanyak…. Daripada ini kepanjangan. Iya kan?

Insya Allah kita akan bahas tentang plagiarsm di next article ya…lihat tentang plagiarism

Artikel ini merupakan hasil pelatihan penulisan artikel ilmiah jurnal terakreditasi yang diselenggarakan oleh PPPM UNRIYO di Hotel Sakanti Malioboro, 3 November 2016, dengan pemateri D. Agus Harjito, Ph.D.

Referensi:

Anonim, (2010). Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition, WASHINGTON, dc.

Gastel, B. (2013). Writing and Publising Journal Article, Materi pada Authoraid Workshop, www.authoraid.info.

Permendiknas No.17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan     Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Rifai, M., A. (2004). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; cet. 4.

Setiawan, N. (2011). Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah, Bahan TOT Penulisan Karya Ilmiah, Ditlitabmas, Dikti

Suryono, I.A.S. (2010). Plagiarisme dalam Penulisan Makalah Ilmiah, Naskah tidak diterbitkan.

Posted in Artikel, Publikasi Tagged with: , , , ,

November 9th, 2016 by Sri Lestari

Dalam dunia perguruan tinggi, tentu seorang dosen pasti selalu ditagih mengenai pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. Ya memang itu adalah kewajiban dosen. Iya sih, nah inilah yang bikin dosen jadi banyak punya tagihan. Bukan tagihan hutang, tapi tagihan tri dharma. Ada tagihan proposal penelitian, lalu tagihan laporan penelitian, lalu tagihan proposal pengabdian masyarakat, tagihan laporan pengabdian masyarakat. Biasa? Ada tagihan lagi tentang publikasi hasil penelitiannya. Wuidiiiih… banyak amat tagihannya… Let’s see more detail…

Apa sih itu tri dharma perguruan tinggi?

Tri dharma perguruan tinggi meliputi 3 bidang, yaitu bidang pendidikan dan pengajaran, bidang penelitian, dan bidang pengabdian pada masyarakat. dapat dilihat pada gambar berikut ini: www.calesmart.com

Apakah ketiga bidang tersebut saling terkait?

Ternyata Tri dharma perguruan tinggi itu saling terkait satu sama lain. Bagi masyarakat umum, tugas seorang dosen itu adalah mengajar mahasiswa. Iya, benar. Tugas dosen dalam bidang A tridharma adalah pendidikan dan pengajaran. Namun, tidak hanya mengajar di kelas, melainkan ada juga kegiatan bimbingan praktikum, bimbingan praktik kerja lapangan, bimbingan skripsi. Mengenai bidang penelitian, seorang dosen wajib melakukan penelitian. Kegiatan penelitian pasti butuh dana. Dana untuk penulisan proposal, pengumpulan referensi, pengambilan data, analisis data, penyusunan laporan, pengurusan administrasi dan perijinan, dll. Dana nya tentu nggak sedikit. Tapi yang namanya wajib, ya pasti seorang dosen akan melakukan strategi bagaimana caranya untuk dapat melakukan kewajiban tersebut. Sama halnya dengan pengabdian masyarakat. Dana dan tetek bengeknya ga kecil.

Ada saling keterkaitan antar bidang tri dharma. Penelitian yang dilakukan dosen akan menghasilkan beberapa bentuk output, diantaranya adalah prototype, hasil karya seni, buku ajar, metode, dll. Nah, output tersebut kan bisa dipakai untuk melaksanakan bidang yang lain. Misalkan hasil penelitian berupa sebuah metode, maka metode tersebut dapat didigunakan untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Pun hasil penelitian itu juga dapat ditambahkan dalam buku atau materi pelajaran.

Apa peran institusi dalam tri dharma perguruan tinggi?

Tugas utama perguruan tinggi atau institusi adalah mengupayakan, mensupport, bagaimana caranya untuk dapat mendorong, mengembangkan, dan memantapkan kebebasan ilmiah. Kog bebas? Iya, bebas. Kan masing-masing dosen memiliki kompetensi bidang masing-masing, fokus pun juga masing-masing, meskipun ada juga yang membentuk team work dalam penelitian atau pengabdian bersama. Kebebasan tersebut harus dikendalikan dengan pedoman moral. Pedoman moral itu lah yang dinamakan sebagai etika.

Apa itu etika akademis?

Dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi maka setiap individu dosen harus menjunjung tinggi kejujuran. Kejujuran dalam mencari dan menemukan kebenaran serta mengungkapkannya. Ini tentu erat sekali dengan kegiatan penelitian. Kita ingat tadi bahwa tri dharma itu adalah saling terkait. Kejujuran akan terwujud apabila ada kemandirian dalam kegiatan akademis. Tanpa kemandirian, maka akan banyak kepentingan yang dapat masuk dalam kegiatan tersebut.

Apa sih yang dimaksud dengan kejujuran dalam penelitian? Kan nggak bisa nyontek juga? Nah ini dia pertanyaan bagus. Dalam proses penelitian hingga publikasi kan kita menggunakan referensi dari mana-mana tuh, tentu yang relevan dengan topik kita. Dari referensi tersebut ada hasil pemikiran, teori, atau temuan dari orang lain. Etikanya adalah kalau kita menuliskan hasil pemikiran, temuan, dan teori orang lain maka kita harus menyebutkannya di daftar pustaka. Inilah yang dinamakan sikap yang jujur. Kalau tidak disebutkan alias asal comot sana comot sini, maka ibaratnya kayak merampok milik orang lain. Sehingga kita mendzolimi orang lain. Jangan sampai kayak gitu ya… ingat, kejujuran itu wajib bagi dosen khususnya dalam pelaksanaan tridharma.

Eits… kog tau-tau muncul etika ya… jelasin dulu apa itu etika ya. Etika adalah konsep yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas berdasarkan nilai-nilai norma agama, moralitas kemanusiaan, dan pranata keilmuan. Makanya kita sering denger kata etis dan nggak etis. Kira-kira kayak gitu lah. Jadi meskipun bebas, tapi tetap harus ber-etika.

Nah, hasil dari penelitian tadi kan perlu untuk disampaikan kepada masyarakat. Entah itu sesuai perkiraan awal (hipotesis) atau tidak, tetap perlu disampaikan. Penyampaian hasil penelitian ini adalah dalam bentuk publikasi dalam tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah kita bisa kita publikasikan melalui jurnal maupun prosiding. Saat ini ada banyak sekali jurnal yang dapat kita jadikan wadah publikasi karya tulis kita. Jurnal kita kategorikan menjadi jurnal nasional dan jurnal internasional, ada jurnal terakreditasi dan tidak terakreditasi. Jika kita mempublikasikan karya tulis kita dalam suatu seminar dan mempresentasikannya, maka bentuk publikasi yang kita dapatkan adalah prosiding. Bedanya dengan jurnal adalah, kalau jurnal kita tidak perlu mempresentasikan karya tulis kita, tapi kalau prosiding harus dipresentasikan.

Intermezzo sejenak, ntar kita analogikan deh. Seorang mahasiswa lebih takut untuk tidak lulus daripada senang untuk dapat eksis di jurnal ilmiah. Misal ada peraturan yang mereka terima di depan ketika mereka memulai status sebagai mahasiswa. Dalam panduan akademik sudah disebutkan syarat lulus adalah a, b, c, dst. Maka artinya kalau mau lulus, mahasiswa tersebut harus memenuhi syarat tersebut, semuanya tanpa kecuali. Kalau ada yang nggak terpenuhi maka dia akan nggak lulus. Logis kan? Maka mahasiswa akan mengupayakan segenap daya dan upaya nya untuk dapat memenuhi semua syarat tersebut. mereka akan melakukan strategi untuk itu. Nah, beda kasus lagi nih. Mahasiswa dikasih pengumuman, bahwa ada lomba karya tulis ilmiah (misalkan). Dengan hadiah total 20 juta. Angka yang funtastic kan ya buat mahasiswa? Tapi kalau kita lihat tidak semua mahasiswa mau untuk berupaya mengambil kesempatan itu. Ga banyak yang mau mengikuti lomba itu. Tapi kalau tadi syarat lulus, pasti semua mahasiswa mau mengupayakan. Yahhhh itu mah mahasiswa, apa hubungannya sama dosen?

Seperti janji saya di depan, kita akan analogikan kasus tersebut. Kalau kita cari di internet, ada banyak sekali skema hibah penelitian yang memberikan dana penelitian dengan range tertentu. Nominalnya nggak sedikit, sesuai dengan kebutuhan dana penelitian yang juga lumayan. Tapi kondisi di lapangan, nggak semua dosen mau apply proposal dalam skema yang ditawarkan. Nggak semua, bisa jadi lebih banyak dosen yang ikut, bisa jadi lebih sedikit. Itu baru proposal. Penelitian kan juga harus ada outputnya, yang salah satunya adalah publikasi ilmiah. Dari sekian dosen yang penelitian tadi, hanya sebagian saja yang menulis naskah publikasi untuk dipublikasikan melalui jurnal atau prosiding. Alasannya bisa macam-macam. Padahal ada juga penghargaan untuk publikasi ilmiah? Hayooo udah tahu belum ya? Polanya mirip dengan mahasiswa tadi. Meskipun di iming-iming dengan dana yang lumayan, tapi kan nggak semua dosen mau mengajukan proposal penelitian, melakukan penelitian dan mempublikasikan hasilnya. So????? Kembali ke masing-masing orang sih. Jika Anda seorang dosen, saya yakin bahwa Anda adalah dosen yang aktif melaksanakan penelitian dan mempublikasikan karya ilmiah yang Anda buat.

Bagi seorang dosen publikasi ini menjadi suatu kebutuhan sebenarnya, bukan sekedar penggugur kewajiban. Dosen butuh mempublish hasil karyanya untuk bisa mengurus jabatan fungsional, kenaikan pangkat, sertifikasi dosen, dll. Dosen sebagai individu juga butuh untuk publikasi supaya ilmunya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga ada kepuasan batin ketika naskahnya berhasil dipublikasikan. Kog bilangnya “berhasil dipublikasikan”? Karena belum tentu ketika kita mensubmit naskah kita ke suatu jurnal atau seminar, naskah kita akan diterima. Terkadang kita mengalami penolakan juga. Oops, sedih ga tuh naskah kita ditolak? Makanya kita perlu tau ilmunya. Bagaimana sih cara publikasi ilmiah? Kita bahas di artikel selanjutnya ya. InsyaAllah. Sementara ini dulu ya yang saya tulis di artikel ini. Artikel ini merupakan hasil pelatihan penulisan artikel ilmiah jurnal terakreditasi yang diselenggarakan oleh PPPM UNRIYO di Hotel Sakanti Malioboro, 3 November 2016, dengan pemateri D. Agus Harjito, Ph.D.

Referensi:

Anonim, (2010). Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition, WASHINGTON, dc.

Gastel, B. (2013). Writing and Publising Journal Article, Materi pada Authoraid Workshop, www.authoraid.info.

Permendiknas No.17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan     Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Rifai, M., A. (2004). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; cet. 4.

Setiawan, N. (2011). Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah, Bahan TOT Penulisan Karya Ilmiah, Ditlitabmas, Dikti

Suryono, I.A.S. (2010). Plagiarisme dalam Penulisan Makalah Ilmiah, Naskah tidak diterbitkan.

Posted in Publikasi Tagged with: , , ,

www.calesmart.com
November 7th, 2016 by Sri Lestari

Salah satu bentuk pelanggaran etika dalam penulisan karya ilmiah adalah plagiarsm. Sering kita dengar kata ini, kan ya? Bahkan ada yang mendapatkan sanksi karena ketahuan plagiat. Ada juga yang gagal dalam sertifikasi dosen karena plagiat dalam menuliskan deskripsi diri. Sebenarnya apa sih itu plagiasi? Apa saja sanksi yang akan diberikan bagi yang ketahuan plagiat, dan bagaimana langkah penanggulangan tindak plagiasi ini?

Let’s see more detail!

Peraturan terkait dengan plagiarism ini secara lengkap terdapat dalam Pasal 1, Permendiknas No.17/2010. Yang dimaksud dengan plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Nah apa sih yang dimaksud dengan plagiator, bagaimana pencegahan plagiat, dan bagaimana penanggulangannya?

Plagiator adalah orang perseorang atau kelompok orang pelaku plagiat, masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok dan atas nama suatu badan;

Pencegahan plagiat adalah tindakan preventif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi yang bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan perguruan tingginya;

Penanggulangan plagiat adalah tindakan represif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas akademik perguruan tinggi yang bersangkutan.

Dalam Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada:

Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;

Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;

Menyatakan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

Dalam Pasa 1 ayat 2 dijelaskan mengenai sumber yang dimaksud dalam butir-butir ayat 1. Jadi yang dimaksud dengan sumber terdiri atas orang perseorangan atau kelompok orang, masing-masing bertindak untuk diri sendiri atau kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan, atau anonim penghasil satu atau lebih karya dan atau karya ilmiah yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan, atau dimuat dalam bentuk tertulis baik cetak maupun elektronik. Btw, kog ada yang di cetak tebal? Ini dijelaskan di ayat selanjutnya.

Dalam Pasal 1, ayat 3 dijelaskan mengenai yang dimaksud dengan dibuat dapat berupa:

  1. Komposisi musik;
  2. Perangkat lunak komputer;
  3. Fotografi;
  4. Lukisan;
  5. Sketsa;
  6. Patung; atau
  7. Karya dan atau karya ilmiah sejenis yang tidak termasuk kategori angka 1 s.d. 6.

Yang dimaksud dengan diterbitkan dapat berupa (Pasal 1 ayat 4):

  1. Buku yang dicetak dan diedarkan oleh penerbit atau perguruan tinggi;
  2. Artikel yang dimuat dalam berkala ilmiah, majalah, atau surat kabar;
  3. Kertas kerja atau makalah profesional dari organisasi tertentu;
  4. Isi laman elektronik; atau
  5. Hasil karya dan/atau karya ilmiah yang tidak termasuk pada angka 1 s.d. 4.

Yang dimaksud dengan dipresentasikan dapat berupa (Pasal 1 ayat 5):

  1. Presentasi di depan khalayak umum atau terbatas;
  2. Presentasi melalui radio/televisi/video/cakram padat/cakram video digital; atau
  3. Bentuk atau cara lain sejenis yang tidak termasuk pada angka 1 dan 2.

Kapan dan dimana sih bisa terjadi plagiat:

Di dalam lingkungan perguruan tinggi, antar karya ilmiah mahasiswa, dosen/peneliti/tenaga kependidikan, dan dosen terhadap mahasiswa atau sebaliknya;

Dari dalam lingkungan perguruan tinggi terhadap karya ilmiah mahasiswa dan/atau dosen/peneliti/tenaga kependidikan dari perguruan tinggi lain, akrya dan/atau karya ilmiah orang perseorangan dan/atau kelompok orang yang bukan dari kalangan perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri;

Di luar perguruan tinggi ketika mahasiswa dan/atau dosen/peneliti/tenaga kependidikan dari perguruan tinggi yang bersangkutan sedang mengerjakan atau menjalankan tugas yang diberikan oleh perguruan tinggi atau pejabat yang berwenang;

Selama mahasiswa menjalani proses pembelajaran;

Sebelum dan setelah dosen mengemban jabatan akademik asisten ahli, lektor, lektor kepala atau guru besar/profesor;

Sebelum dan setelah peneliti/tenaga kependidikan mengemban jabatan fungsional jenjang pertama, muda, madya dan utama.

Sebagaimana kita sebagai dosen, kan juga tidak suka jika mahasiswa kita mencontek jawaban teman ketika mengerjakan soal ujian kita, kan? Jadi mudahnya sih plagiat itu seperti mencontek. Jawaban orang lain ditulis di lembar jawaban sendiri dan diakui sebagai jawaban sendiri. Nah, ada yang samar-samar ini. Bagaimana kalau menconteknya ke diri sendiri? Eh kog bisa? Ini yang dimaksud dengan self-plagiarism.

Self-plagiarism adalah mengakui karya sendiri yang pernah diterbitkan sebagai karyanya yang baru, tanpa mencantumkan sitasinya. Jadi tidak diperbolehkan ada sebagian atau seluruh isi karya ilmiah yang telah diterbitkan sebelumnya, dituliskan kembali oleh penulisnya pada karya ilmiah berikutnya tanpa sistem penulisan rujukan yang baku. Nah supaya tidak melanggar etika dan terjadi self-plagiarism, maka kalau kita mengacu pada karya kita sendiri yang telah diterbitkan sebelumnya, kita harus mencantumkannya di pustaka dan daftar pustaka.

Beberapa kasus plagiasi yang terjadi antara lain sebagai berikut:

1 copy paste kalimat dari karya ilmiah lain tanpa sistem acuan yang baku.

Penambahan teks dari karya ilmiah lain.

Melakukan substitusi kata (sinonim) dari kalimat pada karya ilmiah lain.

Pengubahan kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya dari karya lain.

Parafrase tanpa acuan, yaitu membuat kalimat lain, tapi idenya sama tanpa sumber acuan.

Kalau yang namanya pelanggaran kan pasti ada sanksi. Sanksi bagi dosen/peneliti/Tendik dapat berupa:

  1. Teguran
  2. Peringatan tertulis
  3. Penundaan pemberian hak
  4. Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional
  5. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai profesor/jenjang utama bagi yang memenuhi syarat
  6. Pemberhentian dengan hormat dari status dosen/peneliti/tendik
  7. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tendik
  8. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi ybs.

Ada juga sanksi tambahan yaitu apabila dosen/peneliti/tendik menyandang sebutan profesor/jenjang utama maka akan diberhentikan dari jabatan profesor/jenjang utama tersebut. Wah, ngeri kan sanksinya? Maka perlua adanya penanggulangan plagiasi seperti yang diatur dalam pasal 10 ayat 4 dan pasal 11 ayat 6.

Pasal 10 ayat (4): apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi plagiat, maka ketua jurusan/departemen/bagian menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai plagiator.

Pasal 11 ayat (6): apabila berdasarkan persandingan dan telah terbukti terjadi plagiat, maka senat akademik/organ lain yang sejenis merekomendasikan sanksi untuk dosen/tenaga peneliti/tenaga kependidikan sebagai plagiator kepada pimpinan/pimpinan perguruan tinggi untuk dilaksanakan.

Mengingat sedemikian pentingnya kita memahami etika dalam penulisan karya ilmiah, maka patut untuk selalu ditegaskan apa saja etika penulisan karya ilmiah, yaitu:

  1. Mengikuti petunjuk bagi penulis (Guideline for author, atau Instruction for author)
  2. Tidak menggunakan data dan hasil olah data tertentu secara berulang tanpa kaidah acuan
  3. Melakukan rujukan yang diambil langsung dari sumber aslinya
  4. Menulis semua sumber acuan di daftar pustaka
  5. Tidak melakukan klaim atas hasil penelitian yang dibiayai pihak lain
  6. Mencantumkan ucapan terima kasih kepada pihak yang berhak
  7. Menggunakan bahasa yang baik.

Ini dulu ya artikel kali ini. Sudah buanyak sekali yang ditulis nih. Karena berhubungan dengan regulasi yang berlaku. Sebagai dosen yang baik tentu kita perlu memperhatikan etika-etika dalam penulisan karya ilmiah supaya tidak terkena cap sebagai plagiat, jadi nggak usah erurusan dengan sanksi-sanksi seperti yang disebutkan itu ya. Mari jadi dosen yang jujur dan menjunjung tinggi etika-etika moral dalam penulisan karya ilmiah.

Artikel ini merupakan hasil pelatihan penulisan artikel ilmiah jurnal terakreditasi yang diselenggarakan oleh PPPM UNRIYO di Hotel Sakanti Malioboro, 3 November 2016, dengan pemateri D. Agus Harjito, Ph.D.

Referensi:

Anonim, (2010). Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition, WASHINGTON, dc.

Gastel, B. (2013). Writing and Publising Journal Article, Materi pada Authoraid Workshop, www.authoraid.info.

Permendiknas No.17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan     Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Rifai, M., A. (2004). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; cet. 4.

Setiawan, N. (2011). Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah, Bahan TOT Penulisan Karya Ilmiah, Ditlitabmas, Dikti

Suryono, I.A.S. (2010). Plagiarisme dalam Penulisan Makalah Ilmiah, Naskah tidak diterbitkan.

Posted in Publikasi Tagged with: , , , ,

Oktober 2nd, 2016 by Rizzan Hazdiqqi
Sebenernya sudah lama pengen ngapdet materi ginian. Alhamdulillah sekarang diberi kesempatan menyapa teman semua dengan satu materi aplikasi Arduino : “Membuat Jam Digital  LCD 2×16”.

Sebagai pewaktunya kita ambil RTC (Real Time Clock) tipe DS1307. Datasheet bisa nanya mbah gugel dimana nyimpennya.
Ok, kita rangkai Arduinonya :arduino-ds1307-real-time-clock

Jam digital ini akan menampilkan Kalender, Hari serta Jam. jika para penguna arduino ingin menambahkan Alarm pada jam ini tinggal mengoprek bagian programnya dan menambakan komponen Buzzer pada project kalian.

 

Untuk lebih jelasnya kalian bisa langsung mendownload source program Disini

dan untuk lebih jelasx bisa kunjungi http://myblogdickybmz.blogspot.co.id/

Posted in Artikel, Publikasi, Riset Tagged with: , , , ,